SELAMAT DATANG di http://machfudzekoarianto.blogspot.com/

Selamat datang bagi teman-teman semuanya, mari kita berbagi ilmu di blog ini. mudah-mudahan blog ini bermanfaat bagi kita semua.

Senin, 18 Januari 2010

Skizofrenia dan cara pengobatannya

Skizofrenia alias penyakit yang diakibatkan gangguan susunan sel-sel syaraf pada otak manusia, ternyata bisa dikendalikan, tanpa harus memasukkan penderita ke rumah sakit jiwa. Dukungan keluarga dan teman, menjadi salah satu obat penyembuh yang sangat berarti, selain tentu saja dukungan para ahli medis.
Seperti dilansir laman schizophrenia, hasil penelitian dalam dekade terakhir menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia memang lebih dominan akibat faktor genetik, stres dan lingkungan pada awal perkembangan anak (selama kehamilan dan kelahiran, dan / atau anak usia dini).
Faktor-faktor ini mengakibatkan perubahan halus dalam otak yang membuat seseorang rentan untuk mengalami skizofrenia.Tekanan fakor lingkungan dan stres berkepanjangan (selama masa kanak-kanak, remaja dan dewasa muda), dapat merusak otak
lebih lanjut dan memicu skizofrenia. Bahkan para ahli sekarang mengatakan bahwa skizofrenia (dan semua penyakit mental lainnya) disebabkan oleh kombinasi biologis, psikologis dan faktor-faktor sosial, dan pemahaman tentang penyakit mental disebut bio-psiko-model sosial.
Menurut penelitian, apabila saudara ayah-ibu menderita skizofrenia, maka anak memiliki potensi sebesar 3% untuk mengidap skizofrenia. Apabila ada salah satu saudara sekandung yang menderita, maka anak berpotensi menderita skizofrenia sebesar 5%-10%.
Lantas bagaimana dengan saudara kembar? Apabila tidak kembar identik, maka potensinya 5%-10%, sementara untuk anak kembar identik potensi menderita skizofrenia sebesar 25%-45%. Sedangkan jika penderita skizofrenia adalah salah satu dari kedua orang tua, maka anak berpotensi sebesar 15%-20%. Skizofrenia bisa menyerang laki-laki dan perempuan. Kebanyakan perempuan yang mengidap penyakit ini adalah mereka yang berusia 20 hingga awal 30-an tahun. Sementara pada kelompok jenis kelamin laki-laki lebih dini, yakni akhir usia remaja hingga awal 20-an tahun.
Gejala penderita skizofrenia antara lain: Delusi; Halusinasi; Cara bicara/berpikir yang tidak teratur; Perilaku negatif, seperti kasar, kurang termotivasi, muram, perhatian menurun.
Penanganan: Sikap menerima adalah langkah awal penyembuhan; Penderita perlu tahu penyakit apa yang diderita dan bagaimana melawannya; Dukungan keluarga akan sangat berpengaruh; Perawatan yang dilakukan para ahli bertujuan mengurangi gejala skizpofrenia dan kemungkinan gejala psychotic; Penderita skizofrenia biasanya menjalani pemakaian obat-obatan selama waktu tertentu, bahkan mungkin harus seumur hidup.
Meskipun mekanisme yang tepat yang mendasari perkembangan skizofrenia baru saja mulai dipahami, penelitian menunjukkan tindakan penting individu dan keluarga dapat mengambil (atau menghindari) untuk menurunkan risiko skizofrenia dan penyakit mental lainnya.
Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri si penderita. Mereka harus sabar menerima kenyataan, karena penyakit skizofrenia sulit disembuhkan.
Ilustrasi penyakit skizofrenia mungkin dapat diambil dari film film A Beautiful Mind.
Sebuah lantai tampak penuh coretan rumus matematika rumit. seorang pria dengan wajah tertunduk, terpaku pada rumus-rumus itu. Berkat kejeniusannya, William Parcher seorang agen penting pemerintah AS mempercayakan John Nash untuk memecahkan kode-kode rahasia yang berkaitan dengan intelijen negara.
Langkah ini membawa Nash terlibat dalam konspirasi dan propaganda perang dingin antara Amerika Serikat (AS) melawan Uni Soviet (Rusia). Alhasil, John Nash, pengajar di Massachuset Institute of Technology sibuk berkutat dengan teori-teori sambil mengurung diri di kamarnya yang penuh dengan coretan-coretan.
Belakangan baru diketahui bahwa pekerjaan Nash untuk kegiatan intelijen ternyata hanya ilusi belaka. Dia menderita penyakit skizofrenia. Meski akhirnya bisa kembali ke rumah dan berkumpul bersama keluarganya, Nash tidak pernah sembuh total.
Namun dukungan istri dan teman-temannya membuat dia berhasil melawan ilusi agen-agen intelijen. Nash terus berusaha mengendalikan diri dan berdamai dengan ilusinya. Kemudian, kejeniusannya mengantarkan hadiah nobel yang diterima pada tahun 1994.
Hingga saat ini, jumlah penderita skizofrenia diperkirakan sekitar 1% dari seluruh penduduk dunia. Sedangkan di Indonesia, sekitar 1% hingga 2% dari total jumlah penduduk. Mungkin tidak terlalu besar, namun jumlah penderita skizofrenia di dunia terus bertambah.
Masalahnya banyak keluarga yang belum mengerti benar apa itu skizofrenia. Ketidakmengertian itu melahirkan jalan pintas. Rata-rata memasukan kerabatnya ke rumah sakit jiwa. Padahal penyakit ini bisa dikendalikan. Dengan kemauan diri yang keras dan dukungan keluarga, penderitanya bisa hidup normal.
Menurut psikiater di sanatorium Dharmawangsa, dr L Suryantha Chandra, menerima kenyataan adalah kunci pertama proses penyembuhan atau pengendalian skizofrenia. Keluarga harus menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita.
Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap kasar. Akan tetapi, terlalu memanjakan juga tidak baik.
“Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri si penderita. Mereka harus sabar dan menerima kenyataan, karena penyakit skizofrenia sulit disembuhkan. Berdasarkan penelitian, hanya satu dari lima penderita yang benar-benar bisa sembuh total,” katanya.
Meski demikian, Suryantha yang sudah lama berkecimpung menangani pasien skizofrenia mengatakan, penyakit skizofrenia bisa dikendalikan, sehingga penderita tetap bisa hidup normal di tengah masyarakat. “Saat ini sudah ada obat-obatan untuk mengembalikan fungsi otak, seperti antipsikotika dan neuroleptika. Sebanyak 80% penderita berhasil sembuh atau mengendalikan penyakitnya setelah mengonsumsi obat-obatan ini. Hanya saja, lama pemakaian tergantung kondisi penderita itu sendiri. Ada yang setahun, lebih dari tiga tahun, atau seumur hidupnya.
Pasca perawatan, biasanya penderita akan dikembalikan pada lingkungan keluarga. Penerimaan kembali oleh keluarga sangat besar artinya. Dalam berbicara tidak boleh emosional, agar tidak memancing kembali emosi penderita.




• Pengobatan Allopurinol sbg terapi tambahan terapi antipsikotik pada pasien skizofrenia kronik

Dari data yang ada menunjukkan bahwa saat ini telah diketahui bahwa adenosin berperan dalam produksi neurotransmitter dopamin di otak. Pemberian Agonis dopamin dan Antagonis menghasilkan efek terhadap tingkah laku yang sama diantara keduanya.
Allopurinol, yang merupakan obat hipourisemia yang dapat menghambat enzim xantine oxidase, telah dicoba digunakan sebagai obat tambahan pada pasien yang kurang respon terhadap pengobatan skizofenia. Ditambahkan lagi bahwa efek neuropsikiatrik dari Allopurinol pada pasien skizofrenia terutama bekerja pada penghambatan degradasi dari purin. Hal ini justru akan meningkatkan aktivitas Adenonin atau bersifat Adenosinergik yang pada akhirnya akan ikut meningkatkan aktivitas neurotransmitter dopamine di otak pada pasien skizofenia, dimana pada pasien skizofrenia beberapa jalur dopaminnya terganggu. Efek inilah yang masih terus dicari dan diteliti mengenai peranan Allopurinol terhadap pasien skizofrenia yang mengalami kegagalan terapi.
Pernah diteliti pada sekitar 46 pasien skizofenia kronik, yang ditegakkan terlebih dahulu dengan kriteris DSM IV, lamanya penelitian adalah 8 minggu dengan menambahkan Allopurinol pada terapinya.
Pasien dialokasikan secara acak dengan model :
- 23 pasien diterapi dengan Haloperidol 15 mg/hari ditambah Allopurinol 300 mg/hari
- 23 pasien diterapi dengan Haloperidol 15 mg/hari ditambah dengan plasebo.
Meskipun dari hasil terapi kedua kelompok terlihat penurunan untuk penilaian gejala positif dan negatif ataupun gejala patologiknya, namun hasilnya lebih terlihat pada kelompok yang ditambahkan Allopurinol jika dibandingkan hanya yang diterapi hanya dengan Haloperidol saja pada berbagai gejala yang diamati dengan scoring total PANSS.
Skala untuk menilai gejala ekstrapiramidal lebih banyak pada pasien yang hanya mendapatkan Haloperidol jika dibandingkan dengan penambahan Allopurinol secara bermakna. Perbedaan secara bermakna terlihat pada minggu ke 6 dan ke 8 terapi.
Dari hasil penelitian awal ini disimpulkan bahwa penambahan Allopurinol sebagai terapi tambahan pemakaian pasien skizofrenia kronik yang memang sulit sekali sembuh tampak efektif, meskipun masih dibutuhkan pembuktian yang jauh lebih besar lagi
Pernah juga dianalisa oleh Cochrane Library (yang mengambil data-data dari tahun 1966 sampai 2006) dan data dari International Pharmaceutical Abstracts (diambil dari tahun 1970 hingga Oktober 2006), dimana data digunakan sebagai bahan penilaian terhadap pemakaian Allopurinol untuk terapi tambahan pada pasien skizofrenia. Semua data yang ada berhasil dievaluasi dan diidentifikasi.
Dari hasil pengkajian ulang disebutkan bahwa neurotransmitter dopamine yang berhubungan antara patofisiologi skizofrenia dan penggunaan antipsikotik atipik melalui penghambatan transmisi dopaminergik, dan dapat memperbaiki gejala positif, bagaimanapun diakibatkan karena penghambatan terhadap dopamine. Tetapi penghambatan ini ternyata tidak semuanya dapat memperbaiki gejala dari skizofrenia, banyak sekali data yang menyebutkan bahwa neurotransmitter yang turut berperan pada patogenesis terjadinya skizofrenia. Hingga selanjutnya, ditemukan antipsikotik atipik yang bekerja pada berbagai target reseptor neurotranmiter telah dimilikinya sebagai first-line therapies.
Sebuah perkembangan baru memunculkan sebuah hipotesis purinergic untuk skizofrenia. Peningkatan transmisi adenosinergik dapat menurunkan afinitas dari aktivitas dopamine pada reseptor dopamine. Allopurinol, yang merupakan penghambat Xanthine Oxidase mungkin merupakan suatu obat yang dapat meningkatkan sirkulasi Adenosin dan mungkin pada akhirnya memberikan efek sebagai antipsikotik dan anxiolitik. Sebuah kemajuan dari sebuah data bahwa penggunaan Allopurinol sebagai terapi tambahan telah dilaporkan dari hasil penelitian dari kasus yang terbatas.
Dosis Allopurinol yang digunakan sebagai terapi tambahan adalah 300 mg, 1 atau 2 kali sehari mungkin dapat dipakai untuk mempengaruhi gejala psikotik pasien skizofenia terutama pada gejala positif.

• Piracetam sebagai terapi ajuvan skizofrenia
Glutamat, merupakan asam amino dikarboksilat dan merupakan neurotransmiter utama di dalam otak mamalia termasuk manusia. Glutamat ini merupakan neurotransmiter yang bersifat eksitatorik pada korteks serebri. Seperti diketahui bersama, glutamat ini merupakan neurotransmiter yang berpengaruh terhadap patofisiologi terjadinya beberapa gangguan mental. Dari sekian banyak review yang ada diantaranya disebutkan bahwa glutamat dan reseptornya berkontribusi baik di dalam aspek memori, gerakan (motorik), persepsi dan perkembangan sel-sel saraf. Selain itu, studi-studi yang ada menunjukkan bahwa glutamat juga berpengaruh di dalam gangguan jiwa seperti, gangguan atensi, depresi, gangguan bipolar bahkan pada skizofrenia, hal ini dihubungkan dengan adanya reseptor NMDA (N-methyl-D-aspartate) yang hipofungsi pada pasien-pasien tersebut. Dari literatur yang ada tersebut reseptor NMDA dianggap mempunyai potensi dalam penatalaksanaan gangguan jiwa. Perbaikan terhadap aktivitas NMDA diharapkan akan memberikan efek terhadap perbaikan gangguan jiwa.

Piracetam merupakan suatu neuroprotektor yang mempunyai efek neuronal maupun vaskuler. Efek neuronal ini diantaranya adalah efek terhadap neurotransmisi. Dari studi in vitro, dibuktikan bahwa pemberian piracetam akan memperbaiki sistem neurotransmiter kolinergik, serotoninergik, nor-epinefrin, dan glutaminergik. Penggunaan piracetam selama 14 hari menunjukkan peningkatan secara bermakna densitas reseptor NMDA di daerah otak depan dari hewan coba marmut yang sudah tua, yaitu sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa piracetam mampu mengembalikan fungsi reseptor NMDA pada studi hewan coba. Namun apakah studi hewan coba ini memberikan korelasi yang positif dalam penggunaan studi klinis ?

Dari suatu studi dalam skala kecil, dimana studi klinis ini melibatkan sebanyak 30 pasien skizofrenia sesuai dengan DSM IV dilakukan penelitian untuk melihat efek pemberian piracetam jika dibandingkan dengan plasebo yang dikombinasikan dengan antipsikotik. Adapun latar belakang studi ini seperti dalam literatur yang ada, yang menunjukkan adanya hipotesa hiperdopaniergik dan adanya penurunan aktivitas reseptor NMDA pada pasien skizofrenia. Sehingga dalam studi ini diberikan intervensi dengan pemberian antipsikotik (haloperidol) dan nootropik yaitu piracetam yang mempunyai potensi memodulasi reseptor glutamat.

Setalah dilakukan proses randomisasi, subyek dikelompokkan menjadi kelompok yang mendapat haloperidol 30 mg/ hari yang dikombinasikan dengan piracetam 3.200 mg/ hari (yaitu sebanyak 14 subyek), dan kelompok subyek yang mendapatkan haloperidol 30 mg/ hari ditambahkan plasebo (sebesar 16 subyek). Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa, walaupun kedua dikelompokkan, menunjukkan penurunan yang bermakna dari skor gejala positif, gejala negatif, serta gejala umum dari psikopatologis, serta skor PANSS total secara keseluruhan selama penelitian, namun ternyata pada kelompok yang mendapatkan kombinasi haloperidol dan piracetam menunjukkan superioritas yang lebih baik daripada kelompok yang hanya mendapatkan haloperidol saja.

Piracetam yang merupakan obat dari kelompok nootropik ini mempunyai manfaat yang positif dalam memodulasi respetor glutamat, dan mungkin memberikan manfaat dalam terapi skizofrenia yang dikombinasikan dengan obat-obat neuroleptik.

Bagaimana obat Skizoprenia bekerja?

Tidak ada yang tahu secara persis bagaimana obat Skizoprenia ini bekerja. Kebanyakan obat Skizoprenia berefek sedatif, dan memblokade efek dari dopamin, zat kimia yang bertanggung jawab membawa sinyal di antara sel otak. Obat Skizoprenia menginterupsi arus informasi yang mungkin terlalu tinggi pada penderita Skizoprenia.

Berapa cepat obat Skizoprenia bekerja?

Hal ini tergantung pada bagaimana obat Skizoprenia digunakan, apakah diminum secara oral atau disuntikkan. Jika digunakan dengan cara disuntikkan efek sedatifnya cepat dan mencapai puncaknya hanya 1 jam. Jika digunakan dengan cara diminum baik tablet maupun sirup, biasanya efek sedatifnya baru tercapai berjam-jam lebih lama. Akan tetapi, untuk menghilangkan gejala mendengar suara yang aneh memerlukan waktu beberapa hari atau minggu.
Obat-obat Skizoprenia
Chlorpromazine

Memiliki potensi yang lemah, dan merupakan obat pembanding bagi obat lainnya. Tersedia dalam bentuk tablet untuk oral dan larutan suntik.
Fluphenazine

Fluphenazine memiliki efek samping yang lebih ringan dari Chlorpromazine dalam hal sedasi dan efek muskariniknya, tetapi efek samping kejang otot dan sulit istirahat lebih berat. Hal ini dapat menyebabkan depresi. Tersedia dalam bentuk tablet 2,5 mg dan 5 mg.
Haloperidol

Merupakan golongan Butirofenon, obat Skizoprenia ini berguna untuk menenangkan keadaan mania pada penderita psikosis yang karena hal tertentu tidak dapat diberi Fenotiazin.

Pemakaian bersamaan dengan Litium dan Fluoxetine dapat meningkatkan kadar obat Haloperidol dalam darah.
Levomepromazine/methotrimeprazine

Merupakan senyawa dimetilaminopropil yang mempunyai potensi rendah dengan efek samping sedasi lebih besar dibanding Chlorpromazine. Pada pasien berumur lebih dari 50 tahun harus diperhatikan tekanan darahnya.
Pimozide

Pimozide adalah turunan Diphenylbutylpiperidine dengan kegunaan neuroleptiknya untuk menangani Skizoprenia kronis. Obat Pimozide tidak memberikan efek sedasi dan dapat diberikan dalam satu kali pemakaian sehari.

Mekanisme kerja dari Pimozide berhubungan dengan aksi kerjanya pada reseptor aminergik pusat. Obat ini mempunyai kemampuan secara selektif untuk memblokade reseptor Dompaminergik pusat, meskipun pada dosisi tinggi mempengaruhi perubahan Norepineprin
Prochlorperazine

Prochlorperazine merupakan derivat Fenotiazin yang bekerja dengan cara memblok reseptor Dopamin di otak. Penyakit kejiwaan terutama Skizoprenia menurut penelitian disebabkan oleh overaktivitas dari Dopamin di otak. Prochlorperazine digunakan untuk jangka panjang pada gangguan jiwa seperti Skizoprenia. Obat ini juga dapat untuk jangka pendek untuk mengatasi rasa cemas dan mania yang akut.
Thioridazine

Thioridazine merupakan turunan dari Fenotiazin yang dapat menyebabkan detak jantung tak menentu sehingga perlu pengawasan dokter dalam pemakainnya. Penderita harus menjalankan ECG dan tes darah sebelum menggunakan obat ini. Obat ini digunakan bila penderita Skizoprenia tidak merespon dengan obat lainnya. Ikuti cara pemakaian seperti yang diresepkan dokter, tanyakan ke dokter atau farmasis segala hala yang anda perlu tahu. Minum obat sesuai dengan resep tidak lebih tidak kurang.
Trifluoperazine (Stelazine)

Trifluoperazine merupakan turunan Fenotiazine, tersedia dalam bentuk tablet 1 mg dan 5 mg.
Aripiprazole

Obat ini dilisensikan di Inggris untuk digunakan sebagai obat Skizoprenia pada bulan Juni 2004. dalam penelitian obat ini efektif untuk mngurangi gejala-gejala Skizoprenia dengan efek samping lebih kecil dibanding Haloperidol. Obat ini juga tidak menyebabkan berat badan naik seperti obat antipsikotik lainnya.
Clozapine

Clozapine diresepkan untuk mengobati Skizoprenia bila obat antipsikosis lainnya tidak cocok.
Olanzapine

Olanzapine efektif dalam menjaga kesehatan penderita Skizoprenia dan kejiwaan lainnya. Tersedia dalam bentuk tablet dan injeksi.
Quetiapine

Digunakan terutama untuk penderita dengan gejala parkinson yang tak bisa ditolerir, atau gejala-gejala yang disebabkan meningkatnya prolactin oleh obat lain. Cara kerja mirip dengan Clozapine.
Risperidone

Risperidone dapat mengurangi gejala positif dan negatif dari skizoprenia. Efeknya mirip dengan Chlorpromazine, tetapi mempunyai efek neuromuskular yang tidak kentara.

Tersedia dalam bentuk tablet dan injeksi.

Semua obat di atas pembelian harus menggunakan resep dan pengawasan dokter.

Untuk pemilihan golongan antipsikosis / obat skizoprenia yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Di medicastore anda dapat mencari informasi antipsikosis / obat skizoprenia seperti ; kegunaan atau indikasi obat, generik atau kandungan obat, efek samping obat, kontra indikasi obat, hal apa yang harus menjadi perhatian sewaktu konsumsi obat, gambar obat yang anda pilih hingga harga obat dengan berbagai sediaan yang dibuat oleh pabrik obat. Sehingga anda dapat memilih dan beli antipsikosis / obat skizoprenia sesuai dengan resep dokter anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar