SELAMAT DATANG di http://machfudzekoarianto.blogspot.com/

Selamat datang bagi teman-teman semuanya, mari kita berbagi ilmu di blog ini. mudah-mudahan blog ini bermanfaat bagi kita semua.

Senin, 18 Januari 2010

Hidup Sehat Tanpa Sakit pada 2010

SEPANJANG 2009 berbagai masalah kesehatan terjadi di ibu pertiwi Indonesia tercinta. Masalah-masalah kesehatan yang muncul ini berhubungan dengan berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia pada tahun lalu.

Bencana alam masih mendominasi pada 2009 mulai dari banjir bandang Situ Gintung, gempa bumi di Jawa Barat dan Sumatera Barat, serta banjir yang terjadi di berbagai daerah. Bencana alam ini menyebabkan ribuan jiwa melayang dan puluhan ribu rumah hancur. Bencana alam membuat masyarakat tidak berdaya secara finansial dan mereka harus hidup di tempattempat pengungsian. Mereka hidup dengan kondisi lingkungan yang tidak layak sampai dapat membangun kembali rumah dan kehidupannya. Tentu kondisi lingkungan dan kemiskinan akibat bencana membuat kondisi kesehatan menjadi bertambah buruk.

Secara global dan juga berdampak di Indonesia adalah pandemik infeksi swine flu (influenza tipe A H1N1) walau pada akhirnya kasus di masyarakat, termasuk juga yang akan terjadi pada jamaah haji tahun 2009 tidak meningkat seperti yang diprediksi sebelumnya. Namun, penyakit baru ini harus diwaspadai di tingkat global yang juga pada akhirnya mungkin akan berdampak kepada kita

Penyakit infeksi yang cukup membuat kita trenyuh adalah peningkatan kasus filariasis di beberapa tempat di Indonesia ini, khususnya di Jawa Barat. Peningkatan kasus ini menunjukkan kita telah gagal mengatasi penyakit ini yang seharusnya angka kejadiannya sudah bisa ditekan sampai di bawah 1% dan pada kenyataannya saat ini masih di atas 10 persen. Saat ini Indonesia masih menjadi negara terbesar penyumbang kasus filiariasi dunia, selain India, Nigeria, dan Bangladesh.

Penyakit infeksi lain yang juga mendominasi adalah peningkatan kasus rabies, khususnya di beberapa daerah yang memang jumlah anjingnya relatif lebih banyak seperti di Pulau Bali. Belum lagi laporan selalu adanya kasus demam berdarah dan malaria yang terjadi sepanjang tahun. Demam berdarah dengue (DHF) masih menjadi endemis dan kasusnya selalu ditemukan sepanjang tahun, terutama di kota-kota besar.

Sampai saat ini untuk penanganan kasus TBC dan HIV/AIDS, kita masih belum optimal mengingat kasus yang ditemukan di tengah masyarakat semakin hari semakin banyak. Penyakit HIV/AIDS juga mengalami pertumbuhan yang pesat di Indonesia, dibandingkan pertambahan kasus HIV/AIDS tidak sepesat di negara tetangga.

Kita juga dikagetkan dengan meninggalnya beberapa selebriti dan tokoh nasional yang meninggal mendadak dan berhubungan dengan serangan jantung. Hal ini jelas berhubungan dengan gaya hidup masyarakat yang berubah sehingga penyakit degeneratif lebih banyak ditemukan pada usia yang lebih muda.

Peningkatan penyakit degeneratif ini berhubungan dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang olahraga. Jika melihat permasalahan kesehatan yang muncul di permukaan sepanjang 2009 dapat disimpulkan bahwa permasalahan kesehatan yang timbul didominasi kasus infeksi, kasus-kasus penyakit degeneratif, dan kasus-kasus penyakit akibat bencana alam.

Peran pemerintah

Melihat kondisi kesehatan masyarakat saat ini, sudah sepatutnya komitmen pemerintah harus tinggi. Pemerintahan dengan kabinet baru tentu mempunyai semangat baru untuk memperbaiki keterpurukan yang terjadi ini. Konsep pengobatan gratis yang menjadi tren dan ujung tombak kabinet sebelumnya dan hal ini juga diikuti para penguasa di daerah ketika masa kampanye mereka seharusnya bisa digeser dengan program ”hidup sehat tanpa sakit” sehingga tidak perlu sering berobat ke rumah sakit walau pembiayaannya murah atau gratis. Untuk mengatasi masalah kesehatan ini, komitmen pemerintah harus tinggi dan harus menjadikan penanganan masalah kesehatan sejajar dengan masalah lain, seperti masalah politik, ekonomi, dan keamanan.

Upaya-upaya yang telah dilakukan bersifat reaktif saja seharusnya sudah ditinggalkan. Konsep pembangunan kesehatan adalah masyarakat hidup sehat tanpa sakit. Di sisi lain masalah desentralisasi juga merupakan salah satu faktor yang menjadi alasan kenapa masalah penanganan kesehatan tidak optimal. Pusat merasa bahwa masalah puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan rakyat adalah masalah daerah. Di sisi lain masyarakat juga berharap pusat dapat melak-sanakan programnya langsung ke daerah. Saat ini sebagian besar puskesmas, terutama yang di kota-kota besar, lebih berperan sebagai rumah sakit kecil ketimbang sebagai ujung tombak pembangunan.

Pemerintah daerah termasuk jajaran kesehatan sepertinya lupa bahwa diadakannya puskesmas, baik di tingkat kelurahan maupun kecamatan, bukan saja sebagai pusat pelayanan kesehatan pertama, tetapi puskesmas juga bisa berperan sebagai ujung tombak pembangunan dan pusat pemberdayaan masyarakat untuk dapat hidup mandiri, khususnya di bidang kesehatan.

Antisipasi berbagai bencana harus dilakukan mengingat tahun depan pun bangsa ini tidak bisa terhindar dari berbagai bencana alam. Masyarakat harus diberdayakan untuk siap menghadapi bencana. Tim bantuan untuk menanggulangi bencana, baik dari unsur pemerintah dan masyarakat, termasuk institusi pendidikan harus selalu siap dan tetap dalam koordinasi pemerintah jika sewaktu-waktu terjadi kembali bencana alam.

Keadaan ini bisa berubah, target- target pembangunan kesehatan harus jelas untuk memperlambat pertambahan penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit noninfeksi, termasuk penyakit degeneratif dan termasuk penyakit akibat gangguan jiwa karena faktor stres.

Terkenalnya bangsa ini akibat terjadinya peningkatan kasus-kasus filiariasis, rabies, malaria, demam berdarah, TBC dan HIV/AIDS harusnya bisa diubah.
Program pembangunan kesehatan seharusnya tidak saja indah di atas kertas, tapi juga harus dilaksanakan. Puskesmas harus lebih diberdayakan untuk melaksanakan peran sebagai ujung tombak pembangunan dan pusat pemberdayaan masyarakat.

Jika komitmen untuk memfungsikan puskesmas sudah ada, pasti akan terus diupayakan untuk selalu mencukupi tenaga-tenaga kesehatan bekerja di puskesmas, termasuk di daerah-daerah terpencil. Anggaran yang diberikan untuk masalah kesehatan, baik di pusat maupun di daerah, jangan melulu untuk proyek-proyek pengobatan gratis, tetapi juga membuat program bagaimana masyarakat tetap sehat dan tidak sakit. Situasi politik yang menghangat akhir-akhir ini yang diduga berhubungan dengan manipulasi uang yang cukup besar, juga sebaiknya tidak melibatkan gerakan massa sehingga masyarakat tetap fokus untuk menjalankan kehidupan sehari-harinya. Korupsi memang harus diberantas karena akibat korupsi uang rakyat menjadi terampas dan hak-hak rakyat menjadi terkoyak.

Bagaimana dengan masyarakat?

Pada kondisi yang serba-terbatas dan dukungan pemerintah yang kurang optimal, akhirnya masyarakat harus mampu untuk mempersiapkan dirinya sendiri. Hidup bersih dan selalu mengonsumsi buah serta sayur-sayuran dan melakukan olahraga teratur dan istirahat yang cukup merupakan gaya hidup yang selalu dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari. Berhenti merokok, tidak mencoba narkoba dan tidak minum minuman beralkohol serta hanya berhubungan seks dengan suami atau istri yang sah juga seharusnya menjadi tren kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Pemerintah tentu harus mendukung dengan program-programnya agar masyarakat bisa hidup lebih sehat.

Budaya gotong-royong harus dihidupkan kembali. Kegiatan-kegiatan kerja bakti baik di masyarakat dan di sekolah harus dihidupkan kembali. Masyarakat harus mampu bergerak sendiri. Masyarakat sebaiknya berkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan seputar mereka dan mampu mengomunikasikannya dengan petugas kesehatan, terutama yang berada di puskesmas.

Saat ini di mana lapangan pekerjaan yang terbatas banyak ibu yang tidak bekerja dan hanya berada di rumah mengurus rumah tangga dan rasanya mereka tersebut masih bisa berbagi waktu untuk sesama. Harus diciptakan para kader kesehatan yang bisa menjadi motivator untuk selalu berbudaya hidup sehat.

Upaya-upaya hidup sehat dan bersih harus selalu tertanam di dalam masyarakat dalam rangka mewujudkan konsep ”pencegahan penyakit lebih baik daripada mengobati”. Masyarakat harus dimotivasi untuk bisa berdiri sendiri tanpa menunggu bantuan dari luar untuk melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit tersebut. Pada akhirnya, komitmen kita semua harus tinggi untuk memperbaiki permasalahan kesehatan yang kadang kala tidak menjadi prioritas ini.


Oleh: Dr H Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM PB-PAPDI
(Koran SI/Koran SI/tty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar