SELAMAT DATANG di http://machfudzekoarianto.blogspot.com/

Selamat datang bagi teman-teman semuanya, mari kita berbagi ilmu di blog ini. mudah-mudahan blog ini bermanfaat bagi kita semua.

Sabtu, 01 Mei 2010

DISENTRI AMUBIASIS

DISENTRI AMUBIASIS
Disusun dan diajuakan guna memenuhi tugas mandiri
Mata Kuliah: Analisis Kualitas Lingkungan 2
Dosen Pengampu:
Surahma asti mulasari S.Si.M.Kes



Disusun Oleh:

Machfudz eko arianto
08029074

Semester/ Prodi: 4b / IKM

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2010

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini ”DISENTRI” sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.


Yogyakarta, 26 April 2010


Penulis,








BAB I
PENDAHULUAN

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air.
Air adalah senyawa gabungan antara dua atom hidrogen dan satu atom oksigen menjadi H2O. Air dapat ditemukan dalam tiga wujud, yaitu : padat, cair, dan gas. Lebih dari 70% permukaan bumi tertutup lapisan air, baik sebagai air samudra, air laut, air tanah, danau, sungai, gletser, salju, maupun uap air di atmosfer. Seluruh lapisan air yang menyelimuti permukaan bumi tersebut disebut hidrosfer. Air merupakan salah satu sumber daya secara alamiah dapat diperbaharui (renewable). Air mempunyai daya regerenasi dalam suatu sirkulasi yang disebut siklus air (water circle). Pemanasan air laut oleh sinar matahari dapat terus menerus berlangsung.
Air merupakan mineral yang sangat vital bagi tubuh manusia. Apa saja fungsi air bagi tubuh. menurut dr.Tan Shot, Yen, M.Hum, medical doctor

• Air mencegah kerusakan DNA dan membuat perbaikannya lebih efisien.

• Air meningkatkan efisiensi sistem kekebalan di sumsum tulang, termasuk menghadapi kanker.

• Air adalah pelarut utama semua makanan, vitamin, dan mineral; dipergunakan untuk memecah bahan-bahan tersebut dan metabolismenya serta asimilasinya.

• Air memberikan energi kepada makanan, sehingga partikel makanan dapat menyediakan energi selama proses pencernaan.

• Air dipergunakan sebagai penghantar semua zat dalam tubuh.

• Air meningkatkan efisiensi sel darah merah menangkap oksigen di paru-paru.

• Air membersihkan buangan racun dari berbagai bagian tubuh dan membawanya ke hati dan ginjal untuk dibuang.

• Air adalah pelumas utama di sel sendi dan membantu mencegah rematik dan sakit pinggang.

• Air penting untuk sistem pendinginan tubuh (melalui keringat) dan pemanasan tubuh (elektrikal).

• Air membantu menurunkan stres, kegelisahan, dan depresi.


Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relative bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Dari hari ke hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita mengenai pencemaran air.
Air bisa menjadi media penularan penyakit, adapun sebagian contoh penyakit yang media penularannya melalui air adalah tifus, kolera dan disentri







BAB II
PEMBAHASAN

DISENTRI
Penyakit disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini ditandai dengan sakit perut dan buang air besar encer secara terus-menerus (diare) yang bercampur lendir, nanah, dan darah.
Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Disentri amuba disebabkan oleh infeksi parasit Entamoeba histolytica dan disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella.
Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang dihinggapi.
Bakteri masuk ke dalam organ pencernaan mengakibatkan pembengkakan hingga menimbulkan luka dan peradangan pada dinding usus besar. Inilah yang menyebabkan kotoran penderita sering kali tercampur nanah dan darah. Gejala yang akan dialami penderita disentri biasanya berupa mencret dan perut mulas, bahkan sering kali penderita merasakan perih di anus akibat terlalu sering buang air.
Serupa dengan penanganan penyakit gangguan pencernaan lainnya, penderita disentri harus segera mendapat asupan cairan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Dalam keadaan darurat, dehidrasi ringan dapat diatasi dengan pemberian oralit. Jika cairan yang hilang tidak segera tergantikan, dapat menyebabkan kematian pada penderita.



DISENTRI AMUBIASIS

A. DEFINISI
Amubiasis ialah infeksi pada usus besar disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Pada sebagian manusia, merupakan carrier asimtomatik, tetapi penyakitnya bervariasi dari diare ringan yang kronis sampai disentri berat. Diantara komplikasi ekstraintestinal, yang paling sering timbul ialah abses hati, yang bisa rupture kedalam peritoneum, pleura, paru-paru atau pericardium.

B. PENYEBAB (Etiologi)
Ada 7 spesies amuba yang secara alamiah menjadi parasit di dalam mulut dan usus manusia, tapi hanya E. histolytica yang dapat menimbulkan penyakit. Entamoeba histolytica terdapat dalam dua bentuk: bentuk trofozoit yang motil dan bentuk kista.
Trofozoit merupakan bentuk parasit, berada di dalam lumen atau pada dinding kolon, membelah menjadi dua bagian yang sangat besar, paling baik tumbuh dalam keadaan anaerobic yang memerlukan adanya bakteri atau substrat jaringan untuk memenuhi nutrisinya. Jika terjadi diare, trofozoit akan berada dalam tinja cair dengan bentuk tak berubah , yang dapat dibedakan dari diameternya (10-20 µm), arah geraknya, ektoplasma jernih dengan batas jalas dengan sedikit pseudopida berbentuk jari dan endoplasma bergranula halus. Pada disentri, trofozoitnya lebih besar (50 µm) dan sering mengandung eritrosit yang dimakannya. Jika tak ada diare, trofozoit di tutup oleh kista sebelum meninggalkan usus,. Kista tersebut sangat resisten terhadap perubahan ligkungan, terhadap kadar klor di system purifikasi air dan asam lambung. Dengan pengecualian yang jarang, ia bertanggung jawab bagi transmisi penyakit ini. Kista-kista muda mempunyai inti tunggal, vakuol glikogen dan kadang-kadang badan kromatin yang berbentuk sosis. Jika kista menjadi matur, ia mengabsorbsi sitoplasma vakuolnya dan mempunyai 4 inti. Kista E. histolytica dapat dibedakan dari entamoeba coli dengan adanya 1-4 inti dengan kariosomsentral yang kecil dan kromatin perifer yang halus dan adanya badan-badan kromatoid tebal dengan ujung yang bulat.


C. PATOGENESIS DAN PERUBAHAN ANATOMIK
Sesudah ditelen, kista-kista mengalami pembelahan inti lebih lanjut. Di dalam usus halus, dinding kista mengalami desintegrasi dan dikeluarkanlah trofozoit. Amuba yang belum matur terbawa kedalam usus besar, pada mana ia hidup didalam lumen usus sebagai komensal yang memekan bakteri dan debris. Suatu saat amuba bisa menginvasi mukosa, menyebabkan userasi yang cukup luas untuk menimbulkan gejala-gajala. Factor penyebab terjadinya keadaan ini belum seluruhnya dimengerti, tetapi keadaan hospes dan virulensi organism yang menginveksi memegang peranan. Bukti epidemiologic menunjukan bahwa strain amuba yang asli dari iklim sedang umumnya avirulen. Tapi telah terlihat sifat invasive bukan merupakan sifat-strain yang stabil. Hal tersebut dapat menghilang sesudah kultur invitro yang terus menerus atu dipertinggi dengan lintasan binatang yang cepat. Virulensi berbagi strain E. histolytica tergantung atas hubungannya dengan bakteri yang hidup.
Ulkus amubik pada dinding usus adalah khas. Defek mukosa yang kecil diatas daerah lorong nekrosis yang besar didalam submukosa dan muskularis, sehingga menimbulkan lesi berbentuk botol. Tampak sedikit respon radang akuta dan berbeda dari gambaran disentri basiler, mukosa di antara ulkus adalah normal. Dalam frekuensi yang berurutan, ia mengenai sekum dan kolon, asenden, rectum, sigmoid, apendiks dan ilium terminalis. Dalam sekum dan sigmoid, infeksi kronik menimbulkan pembentukan masa jaringan granulasi yang besar atau amuboma. Amuba dapat memasuki sirkulasi portal dan tersangkut di dalam venula: nekrosis mencair jaringan hati menyebabkan pembentukan kavitas asbes. Kadang-kadang embolisasi menyebabkan abses paru, otak, atau limpa.

D. MANIFESTASI KLINIK
Orang pengeluar kista asimtomatik. Pada umumnya penderita dengan bentuk amubiasis yang umum ini. E. histolytica mungkin hidup sebagai komensal didalam lumen usus. Orang- orang yang mendapat infeksi pada iklim sedang tak mendapat gangguan jaringan yang nyata. Tetapi kadang-kadang timbul juga invasi, maka dibenarkan pengobatan terhadap orang pengeluar kista.



• Gejala klinis
Buang air besar berisi darah atau lendir,sakit perut,hilangnya selera makan,turun berat badan, demam, dan rasa dingin. Yang adakalanya, infeksi/peradangan dapat menyebar sampai ke bagian lain badan dan menyebabkan suatu bisul seperti amuba. Salah satu dari organ/ bagian badan yang paling sering terpengaruh adalah hati. Ini dikenal sebagai hepatic amoebiasis.

E. DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa disentri amuba usus didasarkan atas identifikasi organisme itu dari tinja atau jaringan. Tinja yang terbentuk mula-mula diperiksa dalam preparat basah dengan saline atau yodium untuk mencari kista amuba; metode kosentrasi seperti teknik formalin eter meningkatkan hasil penemuan tersebut 2-3 kali. Pemberian warna supravital seperti biru metilen yang dibufer ke larutan saline memperjelas gambaran inti dan mengurangi salan taksir antara leukosit fakal dengan trombosit amuba. Identifikasi E.histolytica memerlukan pemeriksaan preparat yang sudah diwarnai premanen dari material yang diawetkan dengan polivinil alcohol. Diperlukan micrometer okuler untuk membedakan E. hartmanni dari keluarganya yang lebih besar. Untuk itu sebaiknya tinja diperiksa sebelum pemberian obat-obatan antimikroba, antidiare atau preparat antisida, sebab semua obat-obatan ini mempengaruhi usaha menemukan amuba. Demikian pula pemberian enema dan prosedur radiologic yang memakai barium sulfat sebaiknya ditunda sampai selasai pemeriksaan E. histolytica.
Sukar membuat diagnosa disentri amuba ekstraintestinalis. Biasanya tak dapat ditemukan parasit dari tinja atau jaringan. Mungkin melakukan biakan amuba dari tinja atau jaringan. Mungkin melekukan biakan amuba dari tinja atau pus tetapi kebanyakan laboratorium tak bisa melakukannya. Prosedur diagnose terpenting pada yang dicurigai menderita abses hepatica adalah ba. Responnya sering dramatic selama 3hari.
Tes-tes serologi yang memakai antigen murni adalah positif pada hampir semua penderita yang terbukti menderita abses hepatica amuba dan pada sebagian besar penderita disentri amuba akuta. Tes-tes ini umumnya negatife pada orang pengeluar kista yang asimtomatik, menggambarkan bahwa diperlukan invasi kejaringan untuk pembentukan antibody.

F. PENGOBATAN
Seharusnya pengobatan bertujuan menghilangkan gejala-gejala, mengembalikan kehilangan cairan, elektrolit, dan darah serta eradiksi organism ini. Amuba bisa ditemukan didalam lumen usus, dinding usus atau ekstraintestinal. Kebanyakan amubisid tak efektif untuk semua tempat atau jika dipergunakan tunggal dan sering diperlukan kombinasi obat-obatan untuk mendapatkan kesembuhan. Obat-obatan yang ada berdasarkan tempat kerjanya dibagi dalam beberapa katagori berbeda, seperti yang dijelaskan di bawah ini.

1. AMUBISID LUMINAL
Obat oral ini bekerja dengan berkontak langsung terhadap trofozoit di dalam lumen usus, tetapi tak efektif terhadap amuba di dalam jaringan. Dari obat-obatan yang ada, Dikloksanid furoat (Furamide) adalah salah satu yang paling efektif dan bisa ditoleransi dengan baik, tetapi memiliki efek samping yakni flatulensi.
Diyodohidroksikuin efekti pada 60-70% kasus. Karena obat ini analog yodoklorhidroksikuin (Entero-Vioform) maka sesudah penggunaan jangka panjang dapat timbul neuropati mieloopitika, tapi kasus ini hanya timbul jika obat digunakan pada dosis tinggi.

2. AMUIBISID JARINGAN
Klorokuin difosfat (Aralen) adalah amubisid sistimatik yang berguna pada penyakit hati karena konsentrasinya yang paling tinggi di dalam hati, dan aktifitas di tempat lain rendah.
Emetin adalah derivate alkaloid ipekak. Jika diberikan intramuskuler, obat ini efektif membasmi trofozoit di dalam jaringan termasuk yang di dinding usus. Obat ini efektif terhadap amuba luminal. Emetin relative toksik dan bisa menimbulkan vomitus, diare, kejang abdomen, kelemahan, nyeri otot, takikardia, hipotensi, nyeri prekordial dan kelainan elektrokardiografik.
Metronidazol (Flagyl) bersifat unik karena aman dan efektif terhadap trofozoit di semua tempat, intestinal atau ekstraintestinal. Ia merupakan obat terpilih untuk kebanyakan bentuk amubisis. Untuk amubiasis intestinal diberikan pada dosis 750mg 3kali/ hari selama 5-10 hari. Pada amibiasis hepatica, efektif dengan dosis yang lebih rendah. Metronidazol mempunyai kerja seperti Antabuse dan selama pemberian obat ini dilarang meminim alcohol.

G. PENCEGAHAN
• Dengan mencegah kontaminasi makanan dan air, sayur yang dicuci dengan air hangat, pemakaian tablet yang mengeluarkan yodium di dalam air minum (klor dalam bentuk halazon tak efektif) merupakan cara yang berguna.
• Perbaikan sanitasi umum serta mendeteksi orang yang mengeluarkan kista dan menjauhkannya dari tugan menangani makanan, tetapi pemisahan dari carrier seperti itu jarang dilakukan. Pengontrolan masyarakat untuk penyakit amuba dengan pengobatan masal periodic dengan metronidazol dan diloksanid furoat telah dilaksanakan di beberapa daerah.















BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
• Penyakit disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini ditandai dengan sakit perut dan buang air besar encer secara terus-menerus (diare) yang bercampur lendir, nanah, dan darah.
• Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Disentri amuba disebabkan oleh infeksi parasit Entamoeba histolytica dan disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella.
• Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang dihinggapi.
• Amubiasis ialah infeksi pada usus besar disebabkan oleh Entamoeba histolytica
• Obat disentri yang ada berdasarkan tempat kerjanya dibagi dalam beberapa katagori berbeda, seperti yang dijelaskan di bawah ini :
 AMUBISID LUMINAL
 AMUIBISID JARINGAN
• Pencagahan yang harus dilakukan :
- Dengan mencegah kontaminasi makanan dan air, sayur yang dicuci dengan air hangat, pemakaian tablet yang mengeluarkan yodium di dalam air minum (klor dalam bentuk halazon tak efektif) merupakan cara yang berguna.
- Perbaikan sanitasi umum serta mendeteksi orang yang mengeluarkan kista dan menjauhkannya dari tugan menangani makanan, tetapi pemisahan dari carrier seperti itu jarang dilakukan. Pengontrolan masyarakat untuk penyakit amuba dengan pengobatan masal periodic dengan metronidazol dan diloksanid furoat telah dilaksanakan di beberapa daerah.

B. SARAN-SARAN
Adapun sarn penulis kepada para pembaa adalah hendaknya menjaga kontaminasi makanan dan air, sayur yang dicuci dengan air hangat, pemakaian tablet yang mengeluarkan yodium di dalam air minum (klor dalam bentuk halazon tak efektif) merupakan cara yang berguna.

















DAFTAR PUSTAKA

WHO, Development of Vaccine Against Cholera and Diarhea due to Enterotoxigenic Esheriehia Coli : Memorandum from WHO Meeting. Bull WHO 68: 1990. 308 312.

Biro Pusat Statistik Kantor Menteri Negara Kependudukan / Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan, Demographic and Health Surveys Macro, Internationale Inc, Survai Demografi dan Kesehatan. 1997.

Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Ditjen PPM & PLP). Departemen Kesehatan RI; Badan Koordinasi Gastrointerologi Anak Indonesia. Tatalaksana Kasus Diare Bermasalah. 1999.

Djauhari Ismail, R Sutrisno, Manginah PA dan Retnohastuti, Pengertian Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Diare. Kumpulan Naskah PITV, BKGAI (Badan Koordinasi Gastro Interologi Anak Indonesia) 1997.

Hoesadha J. Disentri. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam jilid I Ed II, hal: 46-8. Penerbit: Balai Penerbit FKUI. 1983

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08_EpidemiologiDisentri.pdf/08_EpidemiologiDisentri.html

http://aamhabank.blogspot.com/2009/03/disentri-amubiasis.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar